Kita duduk bertiga
Aku, kamu, dan rindu
Mambayangkan pelukan dan ciuman
Yang masih berjaga .
Hanya ada suara berderik, yang membenamkan seluruh malam ke sepi yang semakin pekat
Berusaha menerjemahkan angin menggugurkan daun yang kepayahan bertahan dari rantingnya, rintik yang menyentuh jari, embun yang singgah di dahi, kapan matahari yang memahami terang lebih awal dari pagi terbangun, larik kata yang tak sempat terbaca, lagu pagi hari tadi yang sumbang, kopi hitam tanpa gula diantara meja - kursi - dan gelas-gelas kosong lainnya.
Sore tadi kenangan adalah hal-hal yang bernama kamu, dengan debar-debar, ilusi yang membungkus, mengelilingi diam, menemani pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban diantaranya "Tuhan yang baik, dengan apa sepi ini dibunuh?"
No comments:
Post a Comment