Wednesday 15 July 2020

PERKEMBANGAN BIM DALAM DUNIA KONSTRUKSI DI INDONESIA



1.  Definisi BIM

BIM (Building Information Modelling) adalah suatu PROSES yang dimulai dengan menciptakan 3D model digital (bangunan secara virtual) dan didalamnya berisi semua informasi bangunan tersebut, yang berfungsi sebagai sarana untuk membuat perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan, serta pemeliharaan bangunan tersebut beserta infrastrukturnya bagi semua pihak yang terkait didalam proyek seperti konsultan, owner, dan kontraktor.


Kekuatan BIM terletak pada visualisasi 3D Modellingnya, dimana dengan adanya visualisasi 3D diharapkan dapat membantu dalam metode kerja dan shop drawing, kemudian dapat memunculkan informasi proyek, lebih efektif pada saat terjadi perubahan desain, dapat menghasilkan quantity output/perhitungan volume secara otomatis, dapat terintegrasi dengan schedule, melakukan mitigasi risiko dengan bantuan clash detection dan melakukan koordinasi berdasarkan 3D Model.

2.  BIM Saat Ini di Indonesia

Membicarakan BIM di Indonesia tentu saja harus dimulai dari pemerintah sebagai yang berwenang membuat peraturan/regulator, yang dalam hal ini berada di ranah Kementerian PUPR. Agar perkembangan BIM dapat terarah, Kementerian PUPR sudah menyiapkan roadmap BIM PUPR dimana dalam roadmap tersebut tercantum target yang ingin dicapai oleh Kementerian PUPR dalam beberapa tahun kedepan.

Dalam roadmap BIM PUPR terlihat bahwa terdapat 4 (empat) langkah yang akan dilakukan oleh Kementerian PUPR yaitu adopsi dan penyusunan standar BIM, digitalisasi proses penyelenggaraan konstruksi dan membangun pasar digital konstruksi, kolaborasi pelaku konstruksi dan penyedia rantai pasok berbasis virtual, kemudian yang terakhir adalah penggunaan cloud construction dan pengelolaan sistem konstruksi terintegrasi. Empat langkah tersebut ditargetkan dapat terlaksana dimulai dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2024.



Selain menyiapkan roadmap, Kementerian PUPR juga sudah melaksanakan implementasi BIM pada beberapa proyek baik proyek sumber daya air, proyek gedung maupun proyek jalan dan jembatan. Berdasarkan data dari Kementerian PUPR tercatat lebih dari 40 proyek di 16 provinsi yang sudah menggunakan BIM. Adapun rincian dari proyek – proyek tersebut dapat dilihat pada infografis dibawah ini.




Kementerian PUPR juga sudah menyiapkan peraturan terkait implementasi BIM yaitu PERMEN NOMOR 22/PRT/M/2018 yang mengatur tentang kewajiban penggunaan BIM pada Bangunan Gedung Negara tidak sederhana dengan kriteria luas diatas 2000 m2 dan diatas dua lantai. Sedangkan untuk proyek – proyek infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Marga menargetkan pada tahun 2020 diberlakukan kebijakan BIM mandatory untuk jalan tol.



3.  Perkembangan BIM Perguruan Tinggi Indonesia

Perkembangan BIM di Perguruan Tinggi diawali oleh dilakukannya skema kolaborasi dan koordinasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dimana salah satunya adalah kerjasama dengan Perguruan Tinggi dalam hal ini Universitas Islam Indonesia dan Institut Teknologi Bandung untuk menjadi Center of Excellence BIM.



Universitas Islam Indonesia dengan adanya kerjasama dengan Kementerian PUPR dengan menjadi Center of Excellence segera membentuk pusat studi BIM dimana bertugas untuk melaksanakan kegiatan operasional Building Information Modelling Centre of Excellence (BIM-CoE) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia berdasarkan surat keputusan Dekan Nomor : 501/SK-DEK/DAU/XI I/2017. (sumber : https://centres.uii.ac.id/bimcoe/)


Institut Teknologi Bandung juga menerapkan mata kuliah BIM dalam kurikulum jurusan arsitek sebagai tindak lanjut dari kerjasama ITB dan kementerian PUPR dalam pembentukan Center of Excellence BIM. (sumber : https://ar.itb.ac.id/archives/8649)

Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) juga sudah memasukkan mata kuliah BIM sebagai mata kuliah pilihan. Sudah cukup banyak mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini dengan pertimbangan penggunaan dan manfaat BIM yang sangat berarti. Pengembangan dilakukan dengan melakukan kuliah umum, seminar dan juga ikut dalam beberapa lomba BIM.


4. Perkembangan BIM di PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk

Perkembangan BIM di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. dimulai dari tahun 2017 diawali dengan masa inisiasi BIM ADHI yaitu insan BIM Adhi yang sudah mengenal BIM mulai berdiskusi untuk pengembangan BIM sebagai backbone baru dalam proses bisnis Adhi. Untuk lebih lengkap pengembangan BIM ADHI dapat dilihat pada infografis dibawah ini.




Implementasi BIM di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. sudah berjalan pada semua lini baik pada proyek – proyek lini gedung maupun lini infrastruktur.






5. Implementasi BIM

Sesuai penjelasan di awal, BIM memiliki banyak sekali fungsi dalam membantu pekerjaan konstruksi antara lain photogrammetry, quantity take off, shop drawing, clash detection, 4D schedule, dan koordinasi BIM

5.1. Fotogrammetry

Fotogrammetry adalah merupakan suatu metode survey pemetaan data eksisting, dimana menggunakan media Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan GPS untuk alat pengukuran. Metode ini lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan metode manual dimana akan membutuhkan waktu jauh lebih lama. Data yang dihasilkan dari fotogrammetry adalah sebagai berikut :

Peta foto tegak udara (orthophoto) yang merupakan peta terukur yang dihasilkan dari gabungan foto – foto yang diambil dengan menggunakan UAV

Foto tegak udara adalah merupakan peta berupa foto yang sudah dikoreksi secara geometris sehingga skala dan orientasi foto seragam dan dapat dianggap setara dengan peta. Keunggulan dari peta foto tegak udara yang dihasilkan dari fotogrametri adalah tingkat kedetailan dari peta tersebut, dimana resolusi dan kualitas gambarnya lebih baik daripada yang dihasilkan oleh satelit. Dengan adanya peta foto tegak udara, proses mempelajari kondisi eksisting untuk perencanaan metode pelaksanaan akan jauh lebih mudah, selain itu kita dapat mempelajari risiko yang dapat terjadi, karena dengan adanya peta tersebut kita dapat mengetahui apa saja yang berada di sekitar lokasi proyek yang akan dilaksanakan.


Digital Surface Model (DSM) yang merupakan representasi digital dalam bentuk 3D dari data eksisting.

Digital Surface Model (DSM) adalah merupakan bentuk 3D dari data eksisting dengan menampilkan model elevasi ketinggian permukaan. Elevasi ketinggian permukaan yang dimaksud adalah apabila terdapat bangunan, pepohonan ataupun objek apapun diatas tanah maka hal tersebut yang ditampilkan dalam digital model. Sama halnya dengan peta foto tegak udara, DSM dapat digunakan untuk mempelajari kondisi eksisting untuk perencanaan metode pelaksanaan akan jauh lebih mudah, selain itu kita dapat mempelajari risiko yang dapat terjadi, karena dengan adanya peta tersebut kita dapat mengetahui apa saja yang berada di sekitar lokasi proyek yang akan dilaksanakan.


Digital Terrain Model (DTM) yang merupakan peta kontur dalam bentuk 3D yang dihasilkan dari proses Filtering DSM

Digital Terrain Model (DTM) adalah merupakan bentuk 3D dari data kontur tanah eksisting. Apabila DSM menampilkan data elevasi permukaan, maka DTM hanya menampilkan data kontur tanah eksisting dan tidak mengikutsertakan objek yang berada diatas tanah.Berbeda dengan Orthophoto dan Digital Surface Model, Digital Terrain Model digunakan sebagai dasar dari pemodelan tanah eksisting dimana dari data tersebut kita bisa mengolah pemodelan untuk mendapatkan galian, timbunan, kolaborasi tanah eksisting dengan pemodelan struktur dan sebagainya.




5.2. Quantity Take Off (QTO)

Pada output Quantity Take Off/volume yang  dihasilkan dari software, akan dikomparasi dengan perhitungan manual dan sudah diaplikasikan baik pada proyek yang sudah berjalan maupun tender. QTO/Volume dari BIM belum bisa sepenuhnya dijadikan sebagai dasar perhitungan karena menyesuaikan dengan peraturan dan kontrak yang ada 

5.3. Shop Drawing

Salah satu output lain yang dihasilkan oleh BIM adalah Shop Drawing, dimana 3D Model yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar pembuatan Shop Drawing.

5.4. Clash Detection

Clash Detection berguna untuk mendeteksi sejak awal kemungkinan terjadinya kesalahan yang terjadi akibat ketidakselarasan pada desain yang dapat mengakibatkan terjadinya pekerjaan ulang (rework) pada saat pelaksanaan dilapangan yang umumnya terjadi pada proyek – proyek yang tidak menerapkan BIM.

Clash Detection akan sangat berguna sekali jika dilakukan pada saat awal pelaksanaan proyek, dikarenakan jika terjadi keterlambatan maka kemungkinan terjadinya rework akan bertambah, seperti halnya contoh dibawah ini. Hal tersebut terjadi karena pelaksanaan di lapangan sudah terlebih dahulu berjalan sedangkan pengecekan Clash Detection terlambat dilakukan.

5.5. Koordinasi

Tingkatan 4D dalam Building Information Modelling adalah tingkat selanjutnya setelah 3D, dimana 3D Model yang sudah dibuat diintegrasikan dengan schedule yang sudah dibuat. Hal ini berfungsi untuk melihat sequence yang sudah dibuat disimulasikan dalam bentuk 3D dimana bisa lebih mudah untuk melihat sequence yang direncanakan sudah sesuai atau tidak. Keunggulan BIM adalah bagaimana lingkup pekerjaan dapat divisualisasikan dalam bentuk 3D, sehingga dapat digunakan dalam rapat baik internal maupun eksternal






5.6. Kuliah umum, seminar dan webinar

Pengembangan BIM dilakukan juga dengan aktif dalam pelaksanaan kuliah umum, seminar dan webinar.






























No comments:

Post a Comment

Pendakian Gunung Lemongan

  Kali ini saya mendaki Gunung Lemongan yang berada di dua kabupaten yaitu Lumajang dan Probolinggo. Saya mengambil jalur Klakah - Lumajang ...