Thursday 6 August 2020

Engineer Is An Engineer

Topik ini saya angkat setelah makan siang, terpikir ada apa dengan engineer – engineer yang ada ya, terutama yang sudah melupakan jatidirinya sebagai engineer. Ada banyak engineer di sekitar kita, diantaranya sipil, arsitek, mesin, elektro, industri, kimia, computer, nuklir, pantai, perkapalan dan lain lain. Bagi saya, yang dikatakan engineer adalah seseorang yang mampu menerapkan ilmu keteknikannya dalam dunia nyata (kehidupan sehari – hari, dalam pekerjaan). Engineer dituntut untuk dapat bekerja cepat, tepat dan akurat dengan dasar teknik yang mereka miliki.

Menjadi engineer itu tidak mudah karena memerlukan minat, kemampuan dan tekun agar bisa mempelajari dan mempraktekkannya dalam dunia nyata. Karena saya adalah civil engineer maka yang saya bahas disini lebih banyak ke dunia teknik sipil.

Secara umum anak lulusan baru teknik sipil yang mulai bekerja di dunia konstruksi akan diterjunkan pada dua pilihan yaitu sebagai bagian dari team engineering di kantor atau sebagai team supervisi di lapangan. Saya tidak sedang membahas tentang job desc mereka masing – masing, tetapi lebih ke arah cara berpikir mereka dan bagaimana mereka mengambil keputusan dari masalah yang mereka hadapi.

Bagi yang pertama kali masuk ke team engineering, mereka akan bekerja sebagai BIM Modeller, ACAD Drafter, Construction Engineering, QS/Cost Engineer, Cost Control, Scheduller, Administrasi Kontrak, Reporting, dan Risk Officer. Pada tahapan berikutnya mereka bisa menduduki jabatan sebagai Project Engineering Manager dan Project Commercial Manager. Sedangkan untuk yang masuk ke team lapangan, mereka alan bekerja sebagai supervisor, surveyor dan bagian peralatan. Pada tahapan berikutnya mereka bisa menduduki jabatan sebagai Project Construction Manager Penamaan jabatan ini bisa berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lain.

Ilmu keteknikan yang memadai sangat diperlukan untuk memenuhi kriteria menempati jabatan - jabatan tersebut di atas. Di dalam pekerjaan sehari - hari, kemampuan melakukan analisa teknik menjadi keharusan. Meski tidak semuanya berhubungan dengan kegiatan menghitung, namun kejelian, ketilitian, kerapihan, ketelusuran, kepatuhan yang memang harus ada sebagai engineer menjadi hal yang wajib. Kenapa ini diperlukan? semua jabatan di sebuah organisasi proyek adalah jabatan yang penting. Kesalahan kecil yang dilakukan oleh salah satu anggota organisasi terhadap bagian pekerjaannya akan menjadikan kesalahan besar dalam pengambilan keputusan terkait penerapan tenaga kerja, bahan, alat, pemilihan subkontraktor, metode kerja, pembiayaan dan lainnya. Target penyelesaian sebuah proyek sesuai dengan mutu, waktu dan biaya yang direncanakan menjadi hal yang harus di pegang dalam mengerjakan semua jenis pekerjaan.

Kembali ke pemilihan topik saya, kenapa ada engineer yang tidak engineer?

Beberapa kejadian/kondisi yang ada di sebuah proyek mencerminkan hal tersebut

Bekerja tanpa memperhatikan standar/spesifikasi/prosedur yang ada sehingga pada akhirnya pekerjaan tersebut harus diulang/reject untuk mengembalikan ke yang benar. Kadang juga ditemukan sudah menggunakan standar tetapi standar tersebut tidak sesuai dengan yang ada di dokumen kontrak (Contoh menghitung dengan standar SNI, sedangkan di dokumen kontrak harus menggunakan ASTM/JIS/lainnya)

Bekerja asal asalan yang penting jadi tanpa menghiraukan kebenaran dan ketelusurannya. 

Bekerja dengan menggunakan format yang salah sehingga harus diulang kembali.

Bekerja tanpa back up hitungan teknis yang memadai. Contohnya (1) memilih crane kapasitas 50 ton tanpa melakukan evaluasi berat dan jarak boom yang akan digunakan; (2) menerapkan begisting tanpa hitungan teknis; (3) menentukan jenis turap tanpa ada hitungan; (4) melakukan pemancangan tanpa disertai penyelidikan tanah; (5) menentukan metode dewatering tanpa memperhitungkan jumlah sumber air yang ada; (6) menentukan jumlah pembesian tanpa disertai perhitungan pembebanan dan faktor-faktor lain yang diperlukan; (7) salah dalam menentukan skala gempa; dan lain lain.

Bekerja tanpa memperhatikan aspek K3L (helm, sepatu safety, rompi, dan lainnya)

Bekerja tanpa memperhatikan kualitas 

Bekerja tanpa rencana kerja dan target sehingga hasil kerjanya tidak bisa terukur dengan baik

Bekerja tanpa membuat laporan yang memadai sehingga saat ditanya tidak bisa memberikan bukti hasil kerjanya

Dan masih banyak contoh - contoh lainnya 

So......

Siapkah kita menjadi engineer yang engineer?

Jika dari awal mulai bekerja saja tidak mulai terbiasa menjadi engineer, bertanggung jawab sebagai engineer dan menjadikan ilmu keteknikan sebagai budaya dan prinsip pribadi, bagaimana mereka akan menjadi generasi penerus menggantikan para leader yang ada?

No comments:

Post a Comment

Pendakian Gunung Lemongan

  Kali ini saya mendaki Gunung Lemongan yang berada di dua kabupaten yaitu Lumajang dan Probolinggo. Saya mengambil jalur Klakah - Lumajang ...