Malam ini sepi buatku, tidak seperti malam orang lain, malammu dan malamnya. Saat jemari tak sengaja menyentuh 103.8, alun dan dentingnya seakan semakin mengiris jana yang semakin merana. Tapi apa boleh buat, didengarkan saja daripada terlihat bodoh bermain channel. Bertanya kembali, ada apa ya dibalik senyuman indah itu? Sayang aku bukan dukun yang bisa membaca pikiran orang. Memasung abhinaya pun terbang dibawa antari. Bosan, melihat saja orang mengetik disebelah dengan sebelas jarinya. Rasanya tombol backspace lebih cepat luntur nantinya, jika melihat caranya, setiap maju lima huruf dia mundur lagi tiga huruf. Kapan selesai? Sudah jam segini belum juga pulang menunggu jemari berhitung. Sedikit lapar setelah mendengar ada yang barusan selesai makan bebek goreng, dan luar biasanya itu cuma pembukaan, katanya sih nanti mau makan malam yang kedua di nasi pedas. Berpikir juga, ditaruh dimana ya semua makanan itu, padahal terakhir beol sudah tiga hari yang lalu. Pasti serem isi di dalam perutnya. Kembali termenung dalam kertas, sungguh pelajaran paling berharga adalah membaca, menulis dan melamun
No comments:
Post a Comment