Friday 20 March 2020

Peran Budaya Dalam Orientasi Wirausaha

Budaya merupakan suatu pengetahuan dimana masyarakat menggunakan pengalamannya untuk menghasilkan suatu sikap diri dan perilaku sosial (Hodgetts dan Luthan, 1994). Budaya merupakan sekumpulan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota sebuah perkumpulan atau komunitas tertentu (Susanto et al., 2008). Nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini seseorang merupakan cerminan dari budayanya dan teraktualisasikan ke dalam tingkah lakunya dalam berbagai proses pengambilan keputusan, khususnya dalam menyikapi munculnya peluang usaha. 

Molenaar et al. (2002) juga menyatakan bahwa salah satu karakteristik budaya adalah memberi pengaruh yang kuat terhadap individu dan kinerja.  Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kotter dan Haskett (1992) yang mengkonfirmasi bahwa budaya merupakan kekuatan yang berpengaruh pada individu dan kinerjanya, bahkan terhadap lingkungan sosial di mana individu tersebut berada.  Schaper (2002) juga menyatakan bahwa perbedaan budaya dan kelompok dapat membedakan perilaku kewirausahaan secara individu.  Mengacu kepada hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan faktor penting dalam menentukan potensi kewirausahaan

Bila pengaruh budaya terhadap orientasi wirausaha seseorang dikaji, maka terdapat beberapa pene­litian yang mengkonfirmasi bahwa orientasi wirausaha seseorang akan dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang diyakininya serta yang dianut oleh seba­gian besar masyarakat di wilayahnya.  Jika budaya dihubungkan dengan orientasi wirausaha, Baker dan Sinkula (2005) berpen­da­pat bahwa orientasi wirausaha merupakan sebuah konsep budaya di mana perusahaan (seseorang) menetapkan kepuasan, kebutuhan, dan keinginan pelang­gan sebagai prinsip dasar dalam pengorganisasian aktivitas perusahaan (dirinya).

Hubungan kekuatan budaya organisasi dengan kinerja meliputi tiga gagasan yaitu: (1) penyatuan tujuan yaitu dalam sebuah perusahaan yang budayanya kuat cenderung berbaris mengikuti pimpinan; (2) budaya yang kuat akan menciptakan suatu tingkatan yang luar biasa dalam diri para karyawan; dan (3) budaya yang kuat membantu kinerja karena memberikan struktur modal dan kontrol yang dibutuhkan tanpa harus bersandar pada birokrasi formal yang kaku dan yang dapat menekan tumbuhnya motivasi dan inovasi (Djoko; 2003)

Menurut Udan Bintaro (2002), budaya organisasi yang kuat dapat memudahkan dalam menjalankan aktivitas atau strategi yang sudah ditetapkan. Artinya jika karyawan sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi, maka nilai-nilai tersebut akan menjadi kepribadian organisasi dalam menjalankan tugasnya. Nilai dan keyakinan akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja. Budaya organisasi yang disosialisasikan dengan komunikasi yang baik dapat menentukan kekuatan menyeluruh bagi organisasi, kinerja dan daya saing dalam jangka panjang.

Pembentukan kinerja yang baik dihasilkan jika terdapat komunikasi antara seluruh karyawan sehingga membentuk internalisasi budaya organisasi yang kuat dan dipahami sesuai dengan nilai-nilai organisasi yang dapat menimbulkan persepsi positif terhadap strategi perusahaan yang segera harus dilaksanakan yang ahirnya berdampak pada kinerja perusahaan.

Sementara itu, Agustina (2006) dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara Sikap dengan prestasi kerja karyawan. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan internal dengan prestasi kerja karyawan, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap dan lingkungan internal secara bersama-sama dengan prestasi kerja karyawan.

Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Kusnan (2004) yang meneliti di Garnisun Tetap III Surabaya mengatakan bahwa iklim organisasi dan etos kerja di Garnisun Tetap III Surabaya tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kinerja organisasi. Sedangkan disiplin kerja di Garnisun Tetap III Surabaya berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kinerja organisasi.

Riset yang dilakukan oleh Falih (2004) yang menguji pengaruh struktur organisasi, budaya organisasi, kepemimpinan, aliansi strategis terhadap inovasi organisasi dan kinerja organisasi hotel bintang tiga di Jawa Timur. Hasil menunjukkan struktur organisasi, budaya, kepemimpinan, aliansi strategis berpengaruh terhadap inovasi dan kinerja organisasi. Achmadhari (2005) mengemukakan terdapat hubungan yang positip antara budaya organisasi, etos kerja, dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja secara parsial dan simultan, dan kepuasan kerja paling dominan pengaruhnya terhadap prestasi kerja.

Riset yang dilakukan oleh Soedjono (2007) yang menguji pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi dan kepuasan kerja karyawan pada terminal penumpang umum di Surabaya. Hasil menunjukkan Budaya organisiasi berhubungan dengan kepuasan kerja, motivasi dan kepuasan gaji. Kepuasan gaji juga berhubungan dengan motivasi dan produktifitas kerja.

Berdasarkan uraian di atas, orientasi wirausaha sebagai sarana untuk meningkatkan daya kinerja organisasi hanya dapat tumbuh subur dalam organisasi yang memiliki budaya kerja yang adaptif. Artinya orientasi wirausaha akan berdampak optimal terhadap kinerja organisasi apabila didukung oleh budaya organisasi yang dinamis. Menurut Denison dan Mishra (1995) budaya organisasi merupakan bagian integral dari proses adaptasi organisasi yang akan bermanfaat sebagai determinan kinerja dan produktivitas organisasi. Dalam penelitiannya, Cadwell et. al. (1991) menemukan bahwa nilai-nilai organisasi berpengaruh besar terhadap perilaku dan sikap individu dalam organisasi.

Individu yang berada dalam lingkungan budaya organisasi yang baik cenderung memiliki kepuasan dan komitmen kerja yang tinggi sehingga pada akhirnya secara signifikan mempengaruhi kinerja organisasi melalui peningkatan produktivitas dan kualitas output. Menurut Lumpkin dan Dess (1996) dan Wiklund dan Shepherd (2005) orientasi wirausaha dan budaya organisasi berhubungan erat dengan proses penyusunan strategi yang akan memberikan dasar dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan bisnis organisasi.

 


Tuesday 3 March 2020

Membeku

Semalam hujan singgah sebentar
Membiarkan beberapa lampu memancarkan cahaya redup kunang kunang
Ditemani suara binatang malam yang berkelakar dan pura pura menghibur
Beberapa celah warna berebut cahaya, mencoba menyeret kedalam alam mimpi
Mempertanyakan kenapa selalu menghindar dan menjauh?

Membeku di persimpangan ingatan di sebuah entah
Menyibak bayang dalam penggalan ruang
Membuat malam menebar debar
Menguji kegentaran yang mengikat berkelebat sesaat

Potongan potongan cemas berserakan
Hati melemas pada kisah kisah remang
Angin merambat melalui ujung  malam 
Anak anak kesunyian bermain tak terhindar
Dan jari ini masih menulis bersama gerimis, bersama angin dan bersama kenangan 

Pendakian Gunung Lemongan

  Kali ini saya mendaki Gunung Lemongan yang berada di dua kabupaten yaitu Lumajang dan Probolinggo. Saya mengambil jalur Klakah - Lumajang ...