Budaya merupakan suatu pengetahuan dimana
masyarakat menggunakan pengalamannya untuk menghasilkan suatu sikap diri dan
perilaku sosial (Hodgetts dan Luthan, 1994). Budaya merupakan sekumpulan
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kebiasaan yang diperoleh
sebagai anggota sebuah perkumpulan atau komunitas tertentu (Susanto et al., 2008). Nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini seseorang merupakan cerminan dari budayanya dan teraktualisasikan
ke dalam tingkah lakunya dalam berbagai proses pengambilan keputusan, khususnya
dalam menyikapi munculnya peluang usaha.
Molenaar et al. (2002) juga menyatakan bahwa salah satu karakteristik budaya
adalah memberi pengaruh yang kuat terhadap individu dan kinerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kotter
dan Haskett (1992) yang mengkonfirmasi bahwa budaya merupakan kekuatan yang
berpengaruh pada individu dan kinerjanya, bahkan terhadap lingkungan sosial di
mana individu tersebut berada. Schaper
(2002) juga menyatakan bahwa perbedaan budaya dan kelompok dapat membedakan
perilaku kewirausahaan secara individu.
Mengacu kepada hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
budaya merupakan faktor penting dalam menentukan potensi kewirausahaan
Bila pengaruh budaya terhadap orientasi wirausaha
seseorang dikaji, maka terdapat beberapa penelitian yang mengkonfirmasi bahwa orientasi
wirausaha seseorang akan dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang diyakininya
serta yang dianut oleh sebagian besar masyarakat di wilayahnya. Jika budaya dihubungkan dengan orientasi
wirausaha, Baker dan Sinkula (2005) berpendapat bahwa orientasi wirausaha
merupakan sebuah konsep budaya di mana perusahaan (seseorang) menetapkan
kepuasan, kebutuhan, dan keinginan pelanggan sebagai prinsip dasar dalam
pengorganisasian aktivitas perusahaan (dirinya).
Hubungan
kekuatan budaya organisasi dengan kinerja meliputi tiga gagasan yaitu: (1)
penyatuan tujuan yaitu dalam sebuah perusahaan yang budayanya kuat cenderung
berbaris mengikuti pimpinan; (2) budaya yang kuat akan menciptakan suatu
tingkatan yang luar biasa dalam diri para karyawan; dan (3) budaya yang kuat
membantu kinerja karena memberikan struktur modal dan kontrol yang dibutuhkan
tanpa harus bersandar pada birokrasi formal yang kaku dan yang dapat menekan tumbuhnya
motivasi dan inovasi (Djoko; 2003)
Menurut
Udan Bintaro (2002), budaya
organisasi yang kuat dapat memudahkan dalam menjalankan aktivitas atau strategi
yang sudah ditetapkan. Artinya jika karyawan sudah memahami keseluruhan
nilai-nilai organisasi, maka nilai-nilai tersebut akan menjadi kepribadian
organisasi dalam menjalankan tugasnya. Nilai dan keyakinan akan diwujudkan
menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja. Budaya organisasi yang
disosialisasikan dengan komunikasi yang baik dapat menentukan kekuatan
menyeluruh bagi organisasi, kinerja dan daya saing dalam jangka panjang.
Pembentukan
kinerja yang baik dihasilkan jika terdapat komunikasi antara seluruh karyawan
sehingga membentuk internalisasi budaya organisasi yang kuat dan dipahami
sesuai dengan nilai-nilai organisasi yang dapat menimbulkan persepsi positif
terhadap strategi perusahaan yang segera harus dilaksanakan yang ahirnya
berdampak pada kinerja perusahaan.
Sementara
itu, Agustina (2006) dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara Sikap dengan prestasi kerja karyawan. Penelitian
ini juga menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
lingkungan internal dengan prestasi kerja karyawan, terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara sikap dan lingkungan internal secara bersama-sama
dengan prestasi kerja karyawan.
Hasil
penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Kusnan (2004) yang meneliti di
Garnisun Tetap III Surabaya mengatakan bahwa iklim organisasi dan etos kerja di
Garnisun Tetap III Surabaya tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas
kinerja organisasi. Sedangkan disiplin kerja di Garnisun Tetap III Surabaya
berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kinerja organisasi.
Riset
yang dilakukan oleh Falih (2004) yang menguji pengaruh struktur organisasi,
budaya organisasi, kepemimpinan, aliansi strategis terhadap inovasi organisasi
dan kinerja organisasi hotel bintang tiga di Jawa Timur. Hasil menunjukkan
struktur organisasi, budaya, kepemimpinan, aliansi strategis berpengaruh
terhadap inovasi dan kinerja organisasi. Achmadhari (2005) mengemukakan
terdapat hubungan yang positip antara budaya organisasi, etos kerja, dan
kepuasan kerja terhadap prestasi kerja secara parsial dan simultan, dan
kepuasan kerja paling dominan pengaruhnya terhadap prestasi kerja.
Riset
yang dilakukan oleh Soedjono (2007) yang menguji pengaruh budaya organisasi
terhadap kinerja organisasi dan kepuasan kerja karyawan pada terminal penumpang
umum di Surabaya. Hasil menunjukkan Budaya organisiasi berhubungan dengan
kepuasan kerja, motivasi dan kepuasan gaji. Kepuasan gaji juga berhubungan
dengan motivasi dan produktifitas kerja.
Berdasarkan
uraian di atas, orientasi wirausaha sebagai sarana untuk meningkatkan daya
kinerja organisasi hanya dapat tumbuh subur dalam organisasi yang memiliki
budaya kerja yang adaptif. Artinya orientasi wirausaha akan berdampak optimal
terhadap kinerja organisasi apabila didukung oleh budaya organisasi yang
dinamis. Menurut Denison dan Mishra (1995) budaya organisasi merupakan bagian
integral dari proses adaptasi organisasi yang akan bermanfaat sebagai
determinan kinerja dan produktivitas organisasi. Dalam penelitiannya, Cadwell et. al. (1991) menemukan bahwa
nilai-nilai organisasi berpengaruh besar terhadap perilaku dan sikap individu
dalam organisasi.
Individu
yang berada dalam lingkungan budaya organisasi yang baik cenderung memiliki
kepuasan dan komitmen kerja yang tinggi sehingga pada akhirnya secara
signifikan mempengaruhi kinerja organisasi melalui peningkatan produktivitas
dan kualitas output. Menurut Lumpkin dan Dess (1996) dan Wiklund dan Shepherd
(2005) orientasi wirausaha dan budaya organisasi berhubungan erat dengan proses
penyusunan strategi yang akan memberikan dasar dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan bisnis organisasi.